Selasa, 18 Desember 2012

ABORSI DAN DAMPAKNYA


         Aborsi, sangat tidak asing di telinga kita, hampir tiap hari kita mendengarnya dan setiap hari terjadi  kasus aborsi. Aborsi dapat didefinisikan dengan menggugurkan kandungan atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan “abortus” .  Artinya mengeluarkan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
        Kegiatan aborsi  ini di indonesia di ilegalkan dengan alasan berbahaya bagi ibu, selain itu peralatan yang belum memadai. Apalagi kegiatan aborsi ilegal yang dilakukan oleh praktek selain medis yaitu denagn menggunakan bantuaan dukun (tradisional) dengan meminum jamu atau pun di pijat.
Namun entah kenapa? “semakin dilarang semakin menjadi” pepatah ini setara dengan kenyatan yang ada, karena kejadian aborsi semakin meningkat di indonesia. Padahal angka kematian ibu akibat aborsi mencapai 11% dari angka kematian bayi yang mencapi 390 per 100.000 kelahiran bayi di indonesia. Berdasarkan BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi terjadi setiap tahunnya di indonesia. Dan artinya sebanyak 2.000.000 nyawa terbunuh secara keji  tanpa tau apa kesalahannya.
Kegiatan aborsi  ini banyak dilakukan oleh oleh wanita muda baik sudah menikah maupun belum menikah. Dari data statistik pelaku aborsi paling banyak meraka  wanita yang berusia dibawah 25 tahun dengan presentasi 57 %.  Namun yang sangat miris dan memprihatinkan 24% pelaku aborsi adalah mereka yang berusia dibawah 19 tahun. 
Alasannya bermacam-macam, bagi mereka yang sudah menikah beralasan kegagalan kontasepsi, diluar dugaan, sudah cukup anak, tidak ada biaya untuk menambah momongan lagi, tetapi remaja beralasan karena hamil diluar nikah, malu bayi lahir tanpa ayah. Alasan-alasan ini sangat tidak mendasar
DataIni juga didukung oleh studi dari  Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut /. mjtidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.  
            Dibalik alasan yang tidak mendasar itu, dampak dari aborsi mengancam ibu baik sistem reproduksinya maupun psikologisnya.  Salah satu dampak aborsi adalah perdarahan. Perdarahan ini terjadi karena terkoyaknya pembuluh darah yang pecah akibat di pijat atau terluka saat melakukan aborsi menggunakan alat atau obat, dan perdarahan ini dapat menyababkan kematian  ibu jika tidak di tangani secara tepat dan cepat oleh tenaga medis. Selain itu dampak aborsi dalam jangka panjang  dapat menyebabkan kanker ovarium ataupun kanker servic, yang terjadi akibat infeksi saat abortus, karena alat yang tidak steril atau pun karena proses yang tidak steril.
Dan hal yang paling sulit di sembuhkan adalah dampak psikologinya, yaitu rasa bersalah, takut, malu, dikejar-kejar dosa, kehilangan harga diri, histeris, tidak dapat menikmati hubungan seksual, sering mimpi buruk dan sering mencoba bunuh diri. Gejala ini dalam dunia psikologi dikenal dengan “post abortion syndrome” atau PAS.
            Tetapi sungguh aneh, banyak yang sudah tahu dampak dari aborsi namun masih melakukannya, padahal indonesia mengecap keras tentang aborsi, baik pelakunya maupun yang menanganinya. Seperti tercantum dalam undang –undang kesehatan pasal 75 ayat (1),yaitu “setiap orang tidak boleh melakukan aborsi” . Namun pada ayat 2 ada pengeculian yaitu berisi tentang “kehamilan akibat perkosaan dan indikasi kedaruratan”
      Contoh kasus aborsi (di sadur dari aborsi.org)
Mary penu, usia 43 tahun
Mary penu, usia 43 tahun, ibu dari 5 orang anak, meninggal setelah melakukan aborsi saat kandungannya memasuki trimester kedua. Ia meninggal di RS san vicente, Los Angeles, Amerika Serikat, dibulan Desember 1984. Saat mary mengalami perdarahan hebat paska aborsi, dokter bedah memutuskan mengangkat kandungannya. Setelah operasi kedua dilakukan, mary masih mengalami perdarahan dan akhirnya mengalami shock. Dokter bedah tidak mampu menghentikan perdarahan yang terjadi, mary meninggal di meja operasi. Menurut hasil otopsi, mary meninggal karena rahimnya koyak sebagai akibat aborsi yang di jalaninya.
(laporan Los Angeles Country Coroner no. 84-16016 sumber : Feminists for life)
Kasus ini menjadi pelajaran, bahwa begitu berbahayanya akibat aborsi, tidak hanya dampak psikologis dan fisik namun juga dampak kehilangan nyama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar